Selasa, 19 Januari 2016

Yuk..,Mie Pangan Lokal Lebih Sehat dan Bergizi

mie dengan bahan baku lokal dalam meningkatkan nilai tambah suatu komoditi

Mie merupakan makanan yang mudah dijumpai. Bahkan mungkin makanan kedua setelah nasi. Kemudahan dan kepraktisan dalam konsumsi, serta rasa yang enak menjadi keunggulan dari mie instan.
Konsumsi mie instan di Indonesia cukup tinggi. Data World Instant Noodles Association (WINA), konsumsi mie di Indonesia mencapai 14,5 miliar bungkus pada tahun 2013 atau nomor dua setelah China. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai hampir 250 juta, rata-rata konsumsinya mencapai 58 bungkus/tahun.
Sebagai salah satu pangan alternatif dengan mengkonsumsi mie membuat konsumsi beras akan menurun. Artinya terjadi diversifikasi pola konsumsi. Sayangnya bahan baku mie umumnya berasal dari terigu, yang notabene berasal dari gandum yang harus diimpor.
Data  Asosiasi  Produsen Te­pung Terigu Indonesia (APTINDO), konsumsi terigu di In­donesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2013, konsumsi terigu nasional mencapai 5,35 juta ton  (Wheat equivalent 7,0 juta ton), naik sekitar 4,1% dibanding tahun 2012 yang sebesar 5,142 juta ton (Wheat equivalent 6,766 juta ton).
Padahal potensi pangan lokal sebagai sumber bahan pangan tersedia di negeri kita. Ubi kayu, ubi jalar, jagung  dan  masih  ba­nyak lagi. Begitu banyak pi­lihan jenis pangan lokal yang mengandung karbohidrat, bahkan memiliki berbagai keunggulan. Sumber karbohidrat ini dapat menjadi bahan baku pembuatan mie.
Berbagai teknologi pengolahan mie dari bahan pangan lokal telah dihasilkan di antaranya mie ubi jalar, mie jagung, mie cassava dan mie sagu. Jenis mie yang dikembangkan baik mie kering maupun mie basah.

Mie Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan pangan lokal banyak tersedia di Indonesia. Jagung memiliki keunggulan kaya serat dan mengandung beta karoten (jagung kuning). Mie jagung dibuat dari tepung jagung.
Hasil penelitian Prof Nur Richana dari Balai Besar Pascapanen, mie jagung dibuat dari bahan tepung jagung (3 kg), terigu (2 kg), telur (5 butir), garam (100 g), baking soda (40 g), serta air. Proses pembuatan mie jagung adalah sebagai berikut. Pertama, jagung ditambah dengan air, dicampur kemudian dikukus, setelah dikukus dicampur dengan terigu, telur, baking soda dan garam sambil diaduk sampai menjadi adonan yang rata dan kalis.
Kedua, adonan selanjutnya dicetak menjadi lembaran dengan menggunakan alat penggiling untuk mie. Pada tahap awal gunakan ketebalan yang besar, lakukan berulang-ulang agar kenyal dan homogen. Lalu ganti dengan ukuran yang lebih kecil ketebalannya hingga membentuk lembaran adonan. Dicetak lagi hingga membentuk lembaran mie.
Ketiga, lembaran mie dikukus kira-kira selama 30 menit. Kemu­dian keringkan dengan oven pada suhu 60-70°C selama 1-1,5 jam. Pengeringan dianggap cukup bila mie mudah dipatahkan. Selanjutnya mie dikemas dengan plastik dan ditutup rapat. Mie jagung ini memiliki keunggulan, di antaranya mengandung beta karoten.

Mie Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan salah satu jenis umbi sumber karbohidrat yang mudah ditemukan. Jenisnya pun beragam, dari ubi jalar putih, kuning dan ungu. Ubi jalar kuning kaya akan beta karoten. Sedangkan ubi jalar ungu kaya antosianin. Keduanya berfungsi sebagai antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Ubi jalar dapat diolah menjadi mie. Proses pengolahan mie ubi jalar adalah sebagai berikut. Pertama, ubi jalar dicuci bersih, dikukus, kulit ubi dikupas. Kedua, ubi dihaluskan, ditambah tepung terigu dan tapioka/sagu, garam, telur dicampur hingga kalis hingga membentuk adonan mie. Ketiga, dikukus, kemudian dibentuk lembaran (sheeting) adonan. Keempat, mie kemudian diatur dalam cetakan mie. Lalu dikukus kembali, dan dikeringkan dengan oven, digoreng atau menggunakan molen dryer.

Mie Sagu
Sagu merupakan sa­lah satu jenis sum­ber karbo­hidrat yang potensial di In­donesia. Areal sa­gu di In­­­donesia men­capai ham­pir 50% dari to­­­tal areal ta­nam­­­an sa­gu du­­nia. Pati sagu di­peroleh dari ha­­sil ekstraksi em­pu­lur batang tanaman sa­gu. Se­tiap 100 g pati sa­gu me­ng­andung energi 348,25 kkal; karbohidrat 84,89%; protein 0,46%; lemak 0,76%, kadar abu 0,2% dan kadar air 13,69%.
Pati sagu dapat diolah menjadi mie dengan karakteristik yang khas. Menurut  Dr. Endang Yuli Purwani, dari BB Pascapanen, ba­han yang digunakan untuk membuat mie sagu adalah sebagai berikut, 1 kg pati sagu, 1% gum arab, serta 750 ml air.
Proses pembuatan mie sagu basah adalah sebagai berikut. Per­tama, 10% tepung sagu dima­sak dengan air, ditambah dengan gum arab dimasak sambil diaduk sampai membentuk binder (ber­bentuk seperti lem). Kedua, binder dicampur dengan sisa tepung, sampai membentuk adonan yang kalis.
Ketiga, adonan selanjutnya dibentuk menjadi lembaran tipis kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih sampai berubah warna menjadi putih, mengkilat dan terapung. Angkat lembaran adonan, kemudian ditaburi de­ngan sisa tepung, selanjutnya di­cetak menjadi mie. Mie segar ini dapat bertahan 1 hari pada suhu ruang dan  5 hari pada suhu pendingin.
Mie sagu memiliki berbagai keunggulan, karena bebas glu­ten dan kaya pati resisten. Pati resisten tidak tercerna di saluran pencernakan dan menjadi pro­biotik yang menyehatkan saluran pencernaan.

Mie ini dapat diperkaya nu­trisinya dengan menambahkan sayuran. Mie ini juga cocok untuk anak-anak yang kurang suka mengkonsumsi sayuran. Selain menambah nutrisi, penambahan sayuran  akan mempercantik war­na mie. Sayuran yang ditambahkan di antaranya bayam, sawi, wortel, tomat dan sebagainya. Sayuran ditambahkan berupa ekstrak sayuran.
Aneka mie tersebut dapat di­olah menjadi berbagai jenis masakan yang menggunakan ba­han dasar seperti mie goreng, mie schotel, martabak mie. Masih banyak lagi tergantung kreasi pengolahnya.
Mie dari bahan pangan lokal merupakan salah satu upaya di­ver­sifikasi pangan dengan meman­faatkan sumberdaya yang ada di negeri kita yang harapannya da­pat meningkatkan ketahanan pangan masyarakat.

sumber berita :http://tabloidsinartani.com/content/read/mie-pangan-lokal-lebih-sehat-dan-bergizi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar