![]() |
mie dengan bahan baku lokal dalam meningkatkan nilai tambah suatu komoditi |
Mie merupakan makanan yang mudah
dijumpai. Bahkan mungkin makanan kedua setelah nasi. Kemudahan dan
kepraktisan dalam konsumsi, serta rasa yang enak menjadi keunggulan dari
mie instan.
Konsumsi mie instan di Indonesia cukup tinggi. Data World Instant Noodles Association
(WINA), konsumsi mie di Indonesia mencapai 14,5 miliar bungkus pada
tahun 2013 atau nomor dua setelah China. Dengan jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai hampir 250 juta, rata-rata konsumsinya mencapai
58 bungkus/tahun.
Sebagai salah satu pangan alternatif dengan mengkonsumsi mie
membuat konsumsi beras akan menurun. Artinya terjadi diversifikasi pola
konsumsi. Sayangnya bahan baku mie umumnya berasal dari terigu, yang
notabene berasal dari gandum yang harus diimpor.
Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO),
konsumsi terigu di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Tahun 2013, konsumsi terigu nasional mencapai 5,35 juta ton (Wheat equivalent 7,0 juta ton), naik sekitar 4,1% dibanding tahun 2012 yang sebesar 5,142 juta ton (Wheat equivalent 6,766 juta ton).
Padahal potensi pangan lokal sebagai sumber bahan pangan
tersedia di negeri kita. Ubi kayu, ubi jalar, jagung dan masih
banyak lagi. Begitu banyak pilihan jenis pangan lokal yang mengandung
karbohidrat, bahkan memiliki berbagai keunggulan. Sumber karbohidrat ini
dapat menjadi bahan baku pembuatan mie.
Berbagai teknologi pengolahan mie dari bahan pangan lokal
telah dihasilkan di antaranya mie ubi jalar, mie jagung, mie cassava dan
mie sagu. Jenis mie yang dikembangkan baik mie kering maupun mie basah.
Mie Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan pangan lokal banyak
tersedia di Indonesia. Jagung memiliki keunggulan kaya serat dan
mengandung beta karoten (jagung kuning). Mie jagung dibuat dari tepung
jagung.
Hasil penelitian Prof Nur Richana dari Balai Besar
Pascapanen, mie jagung dibuat dari bahan tepung jagung (3 kg), terigu (2
kg), telur (5 butir), garam (100 g), baking soda (40 g), serta air.
Proses pembuatan mie jagung adalah sebagai berikut. Pertama, jagung
ditambah dengan air, dicampur kemudian dikukus, setelah dikukus dicampur
dengan terigu, telur, baking soda dan garam sambil diaduk sampai
menjadi adonan yang rata dan kalis.
Kedua, adonan selanjutnya dicetak menjadi lembaran dengan
menggunakan alat penggiling untuk mie. Pada tahap awal gunakan ketebalan
yang besar, lakukan berulang-ulang agar kenyal dan homogen. Lalu ganti
dengan ukuran yang lebih kecil ketebalannya hingga membentuk lembaran
adonan. Dicetak lagi hingga membentuk lembaran mie.
Ketiga, lembaran mie dikukus kira-kira selama 30 menit.
Kemudian keringkan dengan oven pada suhu 60-70°C selama 1-1,5 jam.
Pengeringan dianggap cukup bila mie mudah dipatahkan. Selanjutnya mie
dikemas dengan plastik dan ditutup rapat. Mie jagung ini memiliki
keunggulan, di antaranya mengandung beta karoten.
Mie Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan salah satu jenis umbi sumber karbohidrat
yang mudah ditemukan. Jenisnya pun beragam, dari ubi jalar putih,
kuning dan ungu. Ubi jalar kuning kaya akan beta karoten. Sedangkan ubi
jalar ungu kaya antosianin. Keduanya berfungsi sebagai antioksidan yang
bermanfaat bagi kesehatan.
Ubi jalar dapat diolah menjadi mie. Proses pengolahan mie
ubi jalar adalah sebagai berikut. Pertama, ubi jalar dicuci bersih,
dikukus, kulit ubi dikupas. Kedua, ubi dihaluskan, ditambah tepung
terigu dan tapioka/sagu, garam, telur dicampur hingga kalis hingga
membentuk adonan mie. Ketiga, dikukus, kemudian dibentuk lembaran (sheeting)
adonan. Keempat, mie kemudian diatur dalam cetakan mie. Lalu dikukus
kembali, dan dikeringkan dengan oven, digoreng atau menggunakan molen
dryer.
Mie Sagu
Sagu merupakan salah satu jenis sumber karbohidrat yang
potensial di Indonesia. Areal sagu di Indonesia mencapai hampir
50% dari total areal tanaman sagu dunia. Pati sagu diperoleh
dari hasil ekstraksi empulur batang tanaman sagu. Setiap 100 g
pati sagu mengandung energi 348,25 kkal; karbohidrat 84,89%; protein
0,46%; lemak 0,76%, kadar abu 0,2% dan kadar air 13,69%.
Pati sagu dapat diolah menjadi mie dengan karakteristik yang
khas. Menurut Dr. Endang Yuli Purwani, dari BB Pascapanen, bahan yang
digunakan untuk membuat mie sagu adalah sebagai berikut, 1 kg pati
sagu, 1% gum arab, serta 750 ml air.
Proses pembuatan mie sagu basah adalah sebagai berikut.
Pertama, 10% tepung sagu dimasak dengan air, ditambah dengan gum arab
dimasak sambil diaduk sampai membentuk binder (berbentuk seperti lem).
Kedua, binder dicampur dengan sisa tepung, sampai membentuk adonan yang
kalis.
Ketiga, adonan selanjutnya dibentuk menjadi lembaran tipis
kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih sampai berubah warna menjadi
putih, mengkilat dan terapung. Angkat lembaran adonan, kemudian ditaburi
dengan sisa tepung, selanjutnya dicetak menjadi mie. Mie segar ini
dapat bertahan 1 hari pada suhu ruang dan 5 hari pada suhu pendingin.
Mie sagu memiliki berbagai keunggulan, karena bebas gluten
dan kaya pati resisten. Pati resisten tidak tercerna di saluran
pencernakan dan menjadi probiotik yang menyehatkan saluran pencernaan.
Mie ini dapat diperkaya nutrisinya dengan menambahkan
sayuran. Mie ini juga cocok untuk anak-anak yang kurang suka
mengkonsumsi sayuran. Selain menambah nutrisi, penambahan sayuran akan
mempercantik warna mie. Sayuran yang ditambahkan di antaranya bayam,
sawi, wortel, tomat dan sebagainya. Sayuran ditambahkan berupa ekstrak
sayuran.
Aneka mie tersebut dapat diolah menjadi berbagai jenis
masakan yang menggunakan bahan dasar seperti mie goreng, mie schotel,
martabak mie. Masih banyak lagi tergantung kreasi pengolahnya.
Mie dari bahan pangan lokal merupakan salah satu upaya
diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di
negeri kita yang harapannya dapat meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat.
sumber berita :http://tabloidsinartani.com/content/read/mie-pangan-lokal-lebih-sehat-dan-bergizi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar