![]() |
foto acara maulitan di masjd al-mutaqqin |
Tanggal 12 Rabiul Awal 1436 H, bertepatan pada 3 Januari
2015 seluruh kaum muslim di Indonesia merayakan maulid Nabi Muhammad SAW, tidak
lain merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun temurun.
Dalam catatan historis, sejarah perayaan maulid dimulai sejak zaman
kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah,
putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang,
Shalahuddin al-Ayyubi (1137M - 1193M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan
hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam maulid kita tidak sedang membikin
sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak
menjadi fiktif dalam diri kita, tapi betul-betul secara kongkrit tertanam,
mengakar, menggerakkan detak-detik jantung dan aliran darah ini. Peringatan maulid di Pulau Lombok, dimana peringatan maulid
setiap kampung/dusun pasti akan berbeda-beda. Hal ini, dimusyawarahkan terlebih
dahulu oleh para tokoh agama/masyarakat setempat dalam menentukan/memilih hari tanggal
perayaan maulid selama bulan Rabiul Awal (bulan mulud bahasa sasak). Salah
satunya, di Kampung Banjar Dasan Agung Baru (Repok Bebek) Kecamatan Selaparang Kota Mataram, yatu menetapkan
pada Minggu tanggal 11 Januari 2015 M/20 Rabiul Awal 1436 H. Perayaan tradisi
maulid khas dirasakan oleh masyarakat kampung dimana, sebelum hari H
pelaksanaan maulid para pemuda/remaja kampung terlebih dahulu mengadakan acara
lomba-lomba keislamiah khususnya dilaksanakan didalam masjid seperti lomba adzan
tingkat SD/SMP, puitisasi tingkat SD/SMP, hafalan ayat-ayat pendek Al Qur’an
tingkat SD/SMP sampai busana muslim tingkat TK/SD/Umum dan Dai’cilik. Sedangkan
untuk lomba diluar masjid dilaksanakan lomba-lomba pesta rakyat secara spontan
pada hari H seperti jurakan (panjat pinang), pantok kemeq, soud kelewong, kakot
kepeng, sepak bola dangdut dan sebagainya.
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW memiliki banyak hikmah dan manfaat. Dibalik semua
perayaan yang berlangsung tersebut, ada hal yang paling penting untuk kita
renungkan bersama agar perayaan itu bukan sekedar seremonial/kesemarakan belaka, tapi sebuah momen spiritual untuk
mentahbiskan beliau yaitu Nabi Besar Muhammad SAW sebagai figur tunggal dalam
mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita. Salah satunya
adalah menunjukkan kecintaan yang tinggi terhadap Nabi Muhammad SAW. Maulid
Nabi Besar Muhammad SAW diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal yang
bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yaitu bentuk
peringatannya berbeda-beda di setiap tempat, ada yang berlangsung sangat
meriah, dan ada pula yang berlangsung sederhana.
Allah
SWT berfirman dalam Surah al-Ahzab : 21
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan Ia banyak menyebut (nama)
Allah.
“Surah
al-Azhab : 21 menyampaikan kepada kita bahwa dalam diri Rasulullah SAW terdapat
kemuliaan yang menjadi suri teladan bagi generasi Islam sepanjang zaman, sudah
seharusnya kita sebagai generasi Islam menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai
suri teladan sepanjang zaman,” tegaskan oleh Ustad Drs. H. M. Zaini S (ketua pengurus masjid Al-Mutaqqin/penghulu
Banjar Dasan Agung Baru) bahwa pada zaman sekarang ini adanya gesekan budaya,
dan rentang waktu yang sangat panjang antara masa kehidupan Rasulullah SAW
dengan generasi sekarang membuat hal itu tereduksi khususnya pada generasi muda
sebagai penerus bangsa dan agama dalam meningkatkan iman dan taqwa, artinya
bahwa tradisi Islam mengenal budaya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai
momen untuk menghidupkan kembali ketokohan Rasulullah SAW sebagai
inspirasi paling sempurna bagi seorang muslim dalam menjalani apapun dalam
realitas hidupan bukan pada saat ini para pemuda dengan perkembangan zaman
untuk membrantas narkoba, minuman keras sera pergaulan bebas.
Dalam memperingati maulid tersebut hadir mulai dari para
tokoh agama/masyarakat (Kampung Pelita), Bapak/Ibu/Pemuda Banjar Dasan Agung, Lurah
Dasan Agung Baru (Apriyadi, S.STP),
Mantan Lurah/Camat Selaparag (Drs. M.
Saleh), Korem Mataram, Polsek Mataram dan Keamanan Tingkat Kelurahan (Babinsa Polisi/TNI) serta tamu Undangan
lainnya.
Dijelaskan oleh Dr. Subhan Abdullah Acim LC. MA dalam ceramahnya di acara tersebut
bahwa asal usul kata Maulid
berasal
dari Maulidd berasal dari bahasa Arab yang beratrti
lahir, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan
suatu tradisi yang berkembang setelah Nabi Muhammad SAW wafat, dengan di peringatinya Maulid
Nabi Muhammad SAW ini yang
merupakan suatu wujud ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta penghormatan
kepada sang utusan Allah karena berkat jasa beliau ajaran agama islam sampai
kepada kita. Dan
untuk orang Lombok suku sasak peringatan maulid terdapat 3 M (maulid
(lahiriah), mulud (makan-makan besar) dan meluq (terdiam). Sehingga sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW., substansi
dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah mengukuhkan komitmen loyalistas pada beliau. Setidaknya, ini terwujud
dengan beberapa hikmah maulid antara lain:
1. Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong
orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam
sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
2.
Peringatan
Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau.
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran
Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang
yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.
3.
Meneguhkan
kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan
terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari
keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya,
melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta,
kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah
bersabda,“Tidaklah
sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada
orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”
4.
Meneladani
perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita.
Allah SWT. bersabda :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)” Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita,
mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan
akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini pada putra-putri kita,
melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya. Sehingga mereka tidak menjadi
pemuja dan pengidola figur publik berakhlak rusak yang mereka tonton melalui
acara televisi.
5.
Melestarikan
ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum
menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat
dicintainya ini. Beliau bersabda :“Aku tinggalkan pada kalian dua hal,
kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya
sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik)
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi
menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, dengan cara
mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat Al-Quran dan
diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran
hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya
adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), dan akan mendapatkan
pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab terdapat
rincian beberapa ibadah yang dituntut oleh stara’ serta sebagai wujud
kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rosullullah SAW.
Semoga dengan memperingkati acara maulid ini, para
masyarakat khususnya para generasi muda sebagai penerus bangsa dan agama untuk
meneruskan perjuagan islam serta mengidolakan tokoh-tokoh islam sebagai bentuk
kecintaan dalam kehidupan sehari-hari.